Hasad adalah awal mula munculnya kesombongan

 


  " Hasad adalah dosa pertamakali yang Allah dimaksiati dengannya, yakni ketika Iblis hasad kepada Nabi Adam. Dan hasad pula merupakan dosa yang pertama kali Allah dimaksiati di permukaan bumi, yakni ketika anaknya Nabi Adam (Qabil) hasad kepada saudaranya ( Habil) kemudian ( karna hasad) Qabil pun membunuh Habil ( hayaatus salaf bainal qauli wal ' amali halaman 877 )

 


Salafus shalih di zaman dahulu berusaha menjauhi dan membersihkan diri mereka dari penyakit hasad. Hingga hati merekapun tenang, tidak merasa gundah gulana, tidak merasa iri dengan apa saja yang dimiliki oleh orang lain. Mereka hidup apa adanya, tawakkal kepada Allah, qonaah, sehingga jiwa dan raga mereka kuat untuk beribadah kepada Allah. Alangkah indahnya kisah yang diceritakan oleh Al Asma'y rahimahullah.

Berkata Al Ashma'iy rahimahullah,

 " Aku pernah melihat orang arab badui yang umurnya (panjang) mencapai 100 tahun. Maka akupun berkata kepadanya, " betapa panjangnya umurmu". Orang arab badui itupun lantas berkata, " aku telah meninggalkan sifat hasad sehingga umurku menjadi panjang. " ( hayaatus salaf bainal qauli wal ' amali halaman 877 )

Lihatlah, meninggalkan sifat hasad ternyata menjadi penyebab panjangnya umur orang Arab Badui tersebut. Jika kita selalu menyimpan hasad dalam diri kita maka bagaimana mungkin hati kita akan tentram selam hidup didunia. Setiap melihat kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain seiring dengan itu pula jiwa dan raga si hasad itu semakin sempit dan sakit. Lalu bagaimana mungkin kesehatan raganya akan terjaga. Bukankah sakitnya jiwa dan batin akan berpengaruh pula terhadap sakitnya raga ?? Maka sungguh amat buruknya sifat hasad tersebut. 

Semoga Allah melindungi dan membersihkan hati kita semua dari penyakit hasad.

Berkata Ar Raazi dalam at Tafsiir al Kabiir (3/238), " Jika Allah telah memberikan nikmat kepada saudaramu dengan suatu nikmat, kemudian (dalam hatimu) engkau ingin agar nikmat itu hilang darinya maka berarti dirimu telah tertimpa hasad.

 Namun jika engkau menginginkan mendapatkan nikmat yang semisal seperti saudaramu maka hal itu disebut ghibtah dan munafasah ( berlomba dalam kebaikan). Adapun perkara yang pertama (hasad) maka hukumnya haram pada semua keadaan, Kecuali  Nikmat yang dimiliki oleh orang yang ahli maksiat dan orang kafir yang dengan nikmat Allah tersebut membantu mereka untuk melakukan kejahatan dan keburukan, maka tidak mengapa engkau suka (ingin) agar nikmat tersebut hilang dari mereka, karna ketika engkau senang terhadap hilangnya nikmat yang ada pada mereka, sebenarnya itulah nikmat. Karna (jika nikmat itu tidak hilang dari orang fasik dan kafir) maka nikmat itu akan mengantarkan mereka untuk berbuat keburukan, kerusakan dan mengganggu manusia ( lihat kitab fiqhul hasad halaman 8 ) 

Berlomba lomba dalam kebaikan ( ghibthah) adalah merupakan sifat dari seorang mukmin. 

 

Berkata Fudhail bin Iyadh rahimahullah, al ghibthah ( berlomba dalam kebaikan) merupakan bagian dari keimanan sedangkan hasad merupakan bagian dari kemunafikan. Dan seorang mukmin itu memiliki ghibthah dan ia tidak hasad kepada orangmerupakan sedangkan orang munafik ia hasad kepada orang lain dan tidak mau berlomba dalam kebaikan ( ghibthah) 

( hayaatus salaf bainal qauli wal 'amali halaman 877)

Karna buruknya dampak dari sifat hasad itu maka sudah selayaknya kita selalu mengintropeksi diri kita apakah di dalam diri kita terdap sifat hasad atau tidak. Jika ternyata kita telah terjangkiti sifat hasad maka segeralah mengobatinya. Jika tidak, maka ia akan menjadi perangai yang susah untuk dihilangkan apalagi sudah menjadi tabiat dan kebiasaan. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat hasad. 


✏Abu Khadijah

Download kitab  حياة السلف بين القول والعمل 

Artikel terkait


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url