Diantara ciri keikhlasan adalah selalu merasa kurang dalam beribadah

Diantara tanda tanda dan ciri ciri keikhlasan orang orang yang ikhlash adalah mereka sering mencurigai (mencela ) diri mereka sendiri akan kekurangan mereka dalam memenuhi hak Allah dan mencela kurangnya adab mereka ketika beribadah menyembah Allah dan menganggap buruk jiwa mereka (dalam beribadah), mereka tidak pernah memandang diri mereka memiliki keutamaan sedikitpun. Allah berfirman, " Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,"

(Al Mu'minuun: 60). (Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 297)
 
Berkata Al hasan Al Bashriy rahimahullah, " sesungguhnya seorang mukmin itu terkumpul padanya (menggabungkan) sifat ihsan dalam beribadah dan rasa takut (amalnya tidak diterima), sedangkan orang munafik itu terkumpul padanya (menggabungkan) sifat buruk (dalam beribadah) dan merasa aman ( tidak takut amalnya ditolak). Keburukan dalam beramal sholih adalah merasa aman (tidak takut amalnya ditolak), adapun orang yang beriman adalah orang sangat baik (muhsin) dalam beramal sholih namun ia merasa takut amalanya ditolak dan tidak diterima oleh Allah."

 (Ta'liiqat 'ala risaalah, " wajibuna nahwa maa amaranallahu bih " halaman 46)


Ketika orang sholih melakukan amal sholih, maka ia takut amal sholihnya menjadi gugur (batal) dan tidak diterima oleh Allah, sebagaimana firman Allah,

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka 

( Al Mukminun:60). 

Aisyah Radhiyallahu 'anhaa pernah bertanya (kepada Rasulullah tentang ayat diatas), " Apakah (yang dimaksud dengan orang yang takut ditolak amalnya adalah ) seseorang yang berzina, mencuri dan minum khamer? Rasulullah kemudian menjawab, ' tidak wahai anak perempuan ash shiddiq, namun yang dimaksud adalah orang yang berpuasa, bersedekah dan sholat namun mereka takut amalannya tidak diterima oleh Allah 

(Ta'liqaat 'ala risaalah " waajibuna nahwa maa amaranallahu bih " halaman 45)


"Inilah dia ash shiddiq , radhiyallahu 'anhu, beliau pernah memegang (menahan) lisannya, seraya berkata, 'inilah yang menyebabkan kehancuran mendatangiku'. Umar bin khattab Radhiyallahu 'anhu pernah bertanya (dalam keadaan takut kepada hudzaifah-pent). ' Wahai Hudzaifah apakah aku termasuk dari mereka ( yakni orang orang munafik)? Atau apakah namaku termasuk kedalam nama nama orang mmunafik yang disebut oleh Rasulullah ?

 (Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 297)

Dahulu Hasan Al Bashriy، Rahimahullah Ta'aala sering mencela dan menegur dirinya sendiri, beliau pernah berkata, " (wahai jiwaku) engkau berkata kata dengan perkataan orang orang shalih, orang orang bertakwa dan ahli ibadah namun engkau mengerjakan perbuatan orang orang fasik lagi riya'. Demi Allah, bukan seperti ini sifat sifat orang orang yang ikhlash ." 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 302)


Berkata Fudhail bin 'iyadh,

 من أراد أن ينظر إلى مراءٍ فلينظر إليّ

" Siapa yang ingin melihat orang yang Riya', maka lihatlah saya."

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 299)

Dari fudhail bin 'iyadh beliau pernah berkata: wahai jiwa yang miskin, engkau sebenarnya orang yang buruk tapi engkau menganggap dirimu orang yang baik. Engkau sebenarnya orang yang jahil tapi engkau menganggap dirimu berilmu, engkau sebenarnya orang yang bakhil tapi engkau menganggap dirimu dermawan, engkau sebenarnya orang yang Pandir tapi engkau menganggap dirimu orang yang berakal, ajal mu semakin dekat tapi angan angamu panjang. Maka aku ( imam ad dzahabi berkata), ya, demi Allah, engkau benar, (wahai jiwa) engkau sebenarnya orang dzholim tapi engkau menganggap dirimu dizholimi. Engkau sebenarnya pemakan harta haram tapi engkau menganggap dirimu wara'. Engkau sebenarnya fasik tapi engkau meyakini dirimu adil, engkau sebenarnya menuntut ilmu karna dunia tapi engkau merasa menuntutnya karna Allah

(Aina Nahnu min akhlaaqi as salaf halaman :15)

Berkata Ayyub As Sikhtiyaani , " jika disebutkan tentang orang orang Sholeh maka aku merasa diriku teramat jauh dari kedudukan mereka 

(Muhasabatun Nafsi wal izra' 'alaiha halaman 76)

Dari Yunus Bin Ubaid ia pernah berkata: Sungguh Aku pernah menghitung seratus sifat dari sifat sifat kebaikan namun aku tidak mengetahui ada satupun sifat kebaikan itu ada padaku 

(Lihat Muhasabatun Nafsi wal izra' ' alaiha halaman 80)

Dahulu Rabi' bin Khutsaim pernah menangis sampai ( air matanya) membasahi jenggotnya, lalu beliau berkata, 

" Kami pernah mendapati suatu kaum yang mana  (kedudukan ibadah) kami di sisi (dibandingkan dengan ) mereka, (kami ini ) ibarat  para pencuri."

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 297 )

Dari Sahl bin aslam, dahulu Bakr bin Abdullah al Muzaniy apabila melihat seorang yang sudah tua renta, beliau berkata, " orang tua ini lebih baik dariku, dia lebih dahulu beribadah daripada aku. Jika beliau melihat seorang pemuda, beliau berkata, pemuda ini lebih baik dariku, karna aku lebih banyak melakukan dosa daripada dia 

( Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 298 )

Asy-Syaikh Abdul Aziz As-Salman rahimahullah mengisahkan, 

" Dahulu Ada seseorang yang mendatangi seorang tukang jahit untuk minta buatkan baju. Maka penjahit itupun bersungguh-sungguh agar hasil jahitannya itu bagus dan sempurna. Ketika pemesan itu datang ia pun menyerahkan biaya pembuatan pakaian tersebut. Pakaian pun diserahkan lalu ia pergi. Besok harinya, si pemesan kembali datang pada tukang jahit lalu ia mengatakan,

Saya menemukan beberapa cacat pada hasil jahitan ini..'

Dan ia pun memperlihatkannya pada si tukang jahit.Tukang jahit lantas menangis. Lalu, si pemesan mengatakan,

Saya tidak bermaksud membuat Anda sedih. Saya sudah cukup puas dengan pakaian ini.'
Maka si penjahit mengatakan. 

Bukan hal ini yang membuatku menangis. Sebab saya sudah mengerjakan pakaian ini semaksimal yang aku mampu untukmu, tapi nyatanya masih ada cacat-cacat semacam ini. Yang aku tangisi ialah amal ketaatanku pada Allah, Aku telah bersungguh-sungguh dalam umurku untuk beribadah; namun entah berapa banyak aibnya... 

(lihat kitab Iyqaadzhu Ulil Himam halaman 110)

Dahulu, diantara doa yang dipanjatkan oleh Mutharrif bin 'abdillah adalah :

. . . وأستغفرك مما زعمتُ أنني أردتُ به وجهك فخالط قلبي فيه ما قد علمتَ

"Ya. .  Allah aku meminta ampun kepadaMu dari suatu amal shalih yang aku menyangka bahwa itu aku lakukan untuk mengharap wajah Mu, kemudian dari lubuk hatiku ternyata amalan itu telah tercampur (terkontaminasi) dengan sesuatu yang telah engkau ketahui." 

(Kitab al Ikhlash halaman 41)


Abu Hanif (Staf pengajar Pondok Pesantren Mu'adz bin Jabal)

Lihat : Arsip Nasehat

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url