Beningnya hati salafus shalih

Saudaraku kaum muslimin yang semoga diberikan Taufik oleh Allah, hendaklah kita senantiasa berusaha membersihkan segala macam penyakit yang ada di dalam hati kita. Dan hendaklah kita juga senantiasa istiqomah mengajak manusia untuk mengenal Allah, walaupun akhirnya kita tidak dihargai dan akan dilupakan. 

Karna tujuan kita mengajak manusia adalah agar manusia mengenal Allah, mengenal hak hak Allah yang harus kita semua tunaikan, bukan agar manusia mengenal kita. 

Alangkah indahnya petuah dan nasihat dan akhlak dari para ulama Rabbani terdahulu yang menunjukkan akan bening dan bersihnya hati mereka dari berbagai macam penyakit hati yang merusak keikhlasan mereka.

1. Salafus Shalih jauh dari penyakit ujub 

Para ulama dizaman dahulu meskipun mereka memiliki ilmu yang luas,  mereka tidak pernah merasa ujub dengan ilmunya. Jika perkataan mereka diterima karna sesuai dengan kebenaran, maka mereka merasa bahagia namun jika perkataan mereka ditolak karna pendapat mereka menyelisihi kebenaran atau ada perkataan lain yang lebih kuat darinya maka mereka tidak hasad dan tidak pula merasa sedih dengan tertolaknya perkataan mereka.

Berkata syaikh Utsaimin rahimahullah :
Diantara perkara yang sangat penting (diketahui) adalah sesungguhnya manusia (yang sebenarnya) adalah manusia yang tidak merasa bahagia ketika manusia lain menerima perkataannya karna pendapatnya sendiri, karna itu hanyalah pendapatnya sendiri.

Akan tetapi manusia (yang sebenarnya) adalah manusia yang merasa bahagia ketika orang lain menerima perkataannya apabila perkataannya adalah Haq (benar), Karna itu adalah Haq.

Demikian pula dia tidak merasa sedih ketika orang menolak pendapatnya sendiri, Karna itu hanyalah pendapatnya sendiri. Karna jika dia merasa sedih ketika manusia menolak pendapatnya sendiri maka berarti dia telah mengajak manusia kepada dirinya (bukan kepada kebenaran).

Namun (manusia yang sebenarnya) adalah, ia merasa sedih ketika manusia menolaknya karena kebenaran yang ia bawa. Dan dengan inilah keikhlasan bisa di realisasikan.

Maka, ikhlas itu sangat sulit, hanya saja ketika seseorang telah menghadapkan hatinya untuk Allah dengan jujur, bersih diatas jalan yang lurus, maka Allah akan membantunya dan memudahkannya untuk ikhlash (Al qaulul mufiid : 1/123)

Karna itu sangatlah penting bagi kita untuk selalu memohon kepada Allah agar memberikan kita keikhlasan dalam beramal, karna ikhlas itu sesuatu yang berat. Betapa sering kita merasa kita sudah ikhlas namun sebenarnya kita sangat jauh dari keikhlasan karna dalam jiwa kita telah tertanam cinta akan pujian, penghormatan, pengakuan dan lain sebagainya.  Hal ini harus kita waspadai.

2.  Awal munculnya penyakit hati adalah karna sifat tamak dan  cinta untuk mendapatkan ketinggian dan kemulian 

Ketahuilah, sesungguhnya jiwa manusia itu cinta untuk mendapatkan ketinggian dan kemuliaan diatas manusia yang sejenis dengannya. Dari sinilah munculnya sifat sombong dan sifat hasad.

Akan tetapi orang yang berakal ia berlomba lomba untuk mendapatkan ketinggian yang kekal nan abadi yang di dalamnya terdapat keridhoan Allah, dekat dengan Allah, dan bisa bertetangga dengan Allah.

Ia akan berusaha (berharap) untuk menjauh dari ketinggian (kemuliaan) yang fana lagi mudah hilang yang mendatangkan kemarahan dan kemurkaan Allah, yang akan mendatangkan kemerosotan, kelemahan dan terhalaunya seorang hamba untuk menyembah Allah

(lihat kitab Syarhu hadits Maa dzi'baani Jaai'aani halaman 73)


Berkata sufyan bin 'uyainah,
" berkata salah seorang dari ulama, " ada dua (permasalah/penyakit) yang aku telah berusaha mengobatinya selama tiga puluh tahun, yakni,
(1)meninggalkan(menghilangkan) sifat tamak terhadap apa yang ada antara diriku dan manusia, dan
(2) (sulitnya)mengikhlashkan amal sholih hanya untuk Allah 'azzaa wa jalla
(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 19)

Jika sekelas ulama saja merasa berat dan kesulitan untuk mengobati sifat tamak dan cinta penghormatan dan ketinggian  dalam jiwa mereka maka bagaimana lagi keadaannya dengan kita yang ilmu dan akhlak dan amalnya masih berada di bawah mereka. Siapa kita dibandingkan mereka.

3. Orang yang ikhlas adalah seperti orang yang berjalan diatas pasir namun langkahnya tidak terdengar

Alangkah beruntungnya orang orang yang amal sholihnya tidak pernah diketahui oleh manusia namun jejak peninggalan mereka kelihatan nyata di hadapan kita. Betapa banyaknya orang orang sholih dizaman dahulu yang memiliki amal sholih yang banyak namun mereka tidak pernah merasa ujub dan tidak berambisi untuk menampakkan nya dihadapan manusia.

Berkata ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu: " Orang yang ikhlas beribadah kepada Rabb nya itu adalah seperti orang yang berjalan diatas pasir. Langkahnya tidak terdengar ( oleh manusia) akan tetapi jejaknya (peninggalannya) terlihat
(Jaami'ul 'uluum wal hikam halaman 302)


4. Ucapan salafus shalih lebih berguna karna keikhlasan yang ada dalam hati mereka 


Orang orang yang ikhlas dizaman dulu, meraka berbicara hanya untuk keselamatan jiwa mereka, mencari ridho Allah dan untuk kemuliaan Islam. Sedangkan kita dizaman sekarang terkadang berbicara dalam keadaan terjangkiti berbagai macam penyakit hati. Oleh karna itu, perkataan salafus Sholih dahulu  membawa keberkahan bagi siapa saja yang mendengarkannya dan bahkan lebih berguna bagi kita di zaman sekarang.

Dari Abdullah bin al Mubaarak diriwayatkan bahwa beliau pernah menceritakan, " Hamdun bin Ahmad pernah ditanya,

' mengapa ucapan ulama salaf lebih berguna dari ucapan kita? '

, beliau menjawab, ' karna mereka (ulama salaf) berbicara untuk kemuliaan islam, keselamatan jiwa dan untuk mencari keridhoan Ar Rahman (Allah).

Sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia, dan untuk mencari keridhoan manusia. ' "
(Lihat kitab aina nahnu min akhlaaqis salaf halaman 15)


Maka sangat penting agar kita berusaha menginstrospeksi diri kita. Alangkah indahnya sebuah perkataan dalam kitab siyar a'lamin nubaala berikut:

Barangsiapa yang mencari ilmu untuk diamalkan, maka ia akan diluluhkan oleh ilmunya, dan akhirnya menangis menyadari kekurangan dirinya dan barangsiapa yang mencari ilmu untuk mencari gelar, agar bisa berfatwa, berbangga bangga dan bersikap riya', maka ia akan menjadi orang yang pandir dan terpedaya oleh diri sendiri, menyepelekan orang lain dan akan dibinasakan oleh sikap ujubnya dan tercabik cabik oleh jiwanya sendiri. Allah berfirman,

" Sungguh beruntung jiwa yang Allah sucikan dan sungguh merugi jiwa yang Allah hinakan (Asy syam :9-10), yakni Allah akan menghinakan (mengotorinya) dengan kefasikan dan kemaksiatan yang ia lakukan
(kitab siyar a'laamin nubaala :18/192)


5. Salafus Shalih tidak meremehkan suatu amal shalih meskipun dianggap kecil.

Bisa jadi amal yang kelihatan sepele dan kecil di mata kita akan tatapi besar pahalanya disisi Allah demikian pula sebaliknya. Hal itu disebabkan karna apa yang ada di dalam hati. Apakah ia ikhlas atau tidak.

Berkata Ibnul Mubaarak Rahimahullah, "

Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat.”
(Jaami'ul 'uluum wal Hikam (1/13) dalam kitab al ikhlash halaman 23)


6. Solusi untuk mendapatkan keikhlasan adalah dengan cara sering berdoa

Mengikhlaskan amal amal sholih untuk Allah adalah perkara yang berat, maka mintalah pertolongan kepada Allah untuk merealisasikannya dengan cara berdoa.

Berkata ibnul jauziy rahimahullah, " betapa sedikitnya orang yang beramal sholeh ikhlash karna Allah Ta'ala. Karna kebanyakan manusia senang untuk menampakkan ibadah mereka
(Dr. abdul Muhsin bin Muhammad Al Qashim, imam dan khathib masjid nabawi sumber: alqasim.com)

Kami meminta kepada Mu yaa Allah dengan nama namaMu yang Husna dan sifat sifatMu yang Maha Sempurna agar menjadikan niat kami dalam menuntut ilmu, mengajarkan dan mengamalkan ilmu adalah ikhlas karna mengharapkan wajahMu.

Abu Khadijah
Rabu 14 September 2022

Postingan terkait




Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url