Diperbolehkan persaksian dari satu orang untuk menetapkan hilal Ramadhan

Hadist ke empat

عَنِ ابن عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: تَرَاءَى النَّاسُ الْهِلَالَ، فَأَخْبَرْتُ رَسُولَ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم أَنِّي رَأَيْتُهُ، فَصَامَ، وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ، وصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ، وَالْحَاكِم.
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما: أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صلّى الله عليه وسلّم فَقَالَ: إِنِّي رَأَيْتُ الْهِلَالَ، فَقَالَ: «أَتَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ؟»، قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: «أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللهِ؟»، قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: «فَأَذِّنْ فِي النَّاسِ يَا بِلَالُ: أَنْ يَصُومُوا غَداً». رَوَاهُ الْخَمْسَةُ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ، وَابْنُ حِبَّانَ، وَرَجَّحَ النَّسَائِيُّ إِرْسَالَهُ

Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Orang-orang melihat hilal (bulan sabit), lalu aku beritahukan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa aku benar-benar telah melihatnya. Lalu beliau shaum dan menyuruh orang-orang agar shaum. Riwayat Abu Dawud[1]. Hadis shahih menurut Hakim dan Ibnu Hibban

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang Arab Badui menghadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu berkata: Sungguh aku telah melihat bulan sabit (tanggal satu). Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah?" Ia berkata: Ya. Beliau bertanya: "Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah." Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Umumkanlah pada orang-orang wahai Bilal, agar besok mereka shaum." Riwayat Imam Lima. Hadis shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, sedangkan Nasa'i menilainya mursal.

1. Makna hadist

Hadist ini sebagai dalil dibolehkan dalam melihat hilal mengambil persaksian dari satu orang yang terpercaya untuk menentukan awal Ramadhan, karna ketika rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasalam- dan para sahabatnya berusaha untuk melihat hilal, tidak ada satupun yang melihatnya melainkan Ibnu Umar, kemudian Ibnu Umar mengabarkan kepada Rasulullah- shallallahu ‘alaihi wasalam- bahwasanya dia telah melihatnya, dan Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasalam- menerima persaksian dari Ibnu Umar kemudian memerintahkan orang-orang untuk berpuasa.

Untuk itu hendaknya seorang yang melihat hilal langsung mengabarkan kepada pemerintah yang mengurus bagian hilal atau menteri agama, adapun apabila dia yakin bahwa dia telah melihat hilal, akan tetapi persaksiannya tidak diterima, apakah dia harus berpuasa-karna dia telah melihat hilal- atau dia tidak berpuasa karna pemerintah belum menetapkan awal Ramadhan? Masalah ini terdapat perselisihan dikalangan para ulama’:

Pendapat pertama : wajib bagi dia berpuasa, akan tetapi apabila melihat hilal bulan Syawal maka wajib bagi dia berbuka dengan sembunyi, pendapat Imam Syafi’i, Hasan bin han, riwayat dari Imam Ahmad dan dirojihkan oleh Ibn Hazm

Pendapat kedua : wajib bagi dia berpuasa, akan tetapi apabila melihat hilal bulan Syawal maka tidak boleh bagi dia berbuka, pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan riwayat dari Imam Ahmad.

Pendapat ketiga : wajib berpuasa apabila orang-orang berpuasa, dan wajib berlebaran apabila orang-orang berlebaran, -maksudnya dia harus tetap mengikuti keputusan pemerintah-. Pendapat Asya’bi, Alhasan, Ibn Sirin, riwayat dari Imam Ahmad, dan di rojihkan oleh Syekhul Islam Ibn Taimiyyah, Syekh Al Bani dan Syekh Ibn Baz. Pendapat ini sebagaimana dalil dari sunnah :

أبي هريرة مرفوعًا: «صومكم يوم تصومون، وفطركم يوم تفطرون» أخرجه الترمذي، وإسناده حسن.
وثبت عن أنس -رضي الله عنه-، أنه كره مخالفة الأمير، وصام معه قبل دخول الشهر. أخرجه أحمد كما في مسائل الفضل بن زياد، كما في «زاد المعاد» (2/ 43) بإسنادٍ حسنٍ

Dari Abu Hurairah – secara marfu’- : (kalian berpuasa padi hari orang-orang berpuasa, dan kalian berlebaran pada hari orang-orang berlebaran) H.R Attirmidzi dan sanadnya hasan.
Dan telah ditetapkan dari sahabat Anas bin Malik-radhiyallahu ‘anhu- : bahwasanya dia melarang meyelisihi pemimpin (pemerintah) dan berpuasa bersamanya sebelum masuk bulan puasa. Diriwayatkan oleh Ahmad sebagaimana di masai’il alfadhl bin ziad dan sebagaimana dalam “zaadil ma’ad” dengan sanad hasan.[2]


2. Faidah hadist
    1. Diperbolehkan persaksian dari satu orang untuk menetapkan awal bulan hijriah.
    2. Diterima persaksian dari merdeka, budak, laki-laki, perempuan.
    3. Hendaknya pemerintah memerintahkan sebagian kaum muslimin untuk melihat hilal.
    4. Apabila seseorang melihat hilal hendaknya langsung mengabarkan kepada pemerintah.

[1] . disahihkan oleh Syekh Albani di Sahih Sunan Abi Dawud.
[2] . fathul ‘allam fi dirosatil ahadist bulugul maram, karya Abu Abdillah Muhammad bil Ali Alba’dani, 4/263



Artikel terkait


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url