Ciri ciri keikhlasan

Photo by Jackson David on Unsplash

Keikhlasan memiliki tanda tanda (ciri ciri) yang akan tampak pada seorang hamba yang ikhlash sebagaimana telah disebutkan oleh para ulama, diantaranya, " mereka tidak suka untuk terkenal, tidak suka dipuji dan disanjung, benar benar semangat beramal untuk agama Allah. Segera beramal shalih dan hanya mengharapkan ganjaran pahala dari Allah, bersabar , selalu sabar menghadapi musibah dan tidak pernah mengeluh, amat bergairah untuk menyembunyikan amal shalihnya, berusaha menyempurnakan amal shalihnya ketika sedang sendirian . Memperbanyak amal sholehnya ketika sendirian. Amal sholihnya ketika sendirian lebih besar dari pada amal sholihnya ketika terang terangan. Ini semua adalah diantara ciri ciri keikhlasan seseorang . Namun berhati hatilah wahai saudaraku sesama muslim, siapa saja yang mempersaksikan dirinya adalah orang yang ikhlash, maka keikhlasan nya tersebut masih butuh kepada ikhlas lagi
(Kitab al ikhlash halaman 51

Berkata ya'qub, " orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikan kebaikan (amal sholihnya) seperti ia menyembunyikan keburukan keburukannya.  

Berkata As Susiy, Ikhlas adalah tidak memandang diri ikhlas . karna siapa saja yang mempersaksikan (kepada manusia) bahwa dirinya adalah orang ikhlas, maka keikhlasannya tersebut masih butuh kepada ikhlas lagi." (Dari) Apa yang telah disebutkan (diatas) terdapat isyarat agar seseorang membersihkan amal sholihnya dari (penyakit) ujub dengan perbuatan. Karna sesungguhnya  melihat dan memandang dirinya sudah ikhlas adalah perbuatan ujub. Dan perbuatan (ujub) tersebut merupakan salah satu penyakit (yang merusak amal  sholih) . Sedangkan amal yang ikhlas adalah amal yang bersih dari semua penyakit.

(Tazkiyatun nufuus halaman 17)

"Diantara tanda tanda dan ciri ciri orang orang yang ikhlash adalah zuhud (menjauh) dari jabatan (kepemimpinan)dan tidak (berambisi) mencarinya. Berkata yusuf bin Asbaath, Zuhud (meninggalkan) untuk mencari jabatan (kepemimpinan) lebih sulit daripada zuhud untuk meninggalkan dunia (harta)

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 293)

" Dahulu para ulama jika mereka berilmu, mereka akan beramal (shalih), jika mereka telah beramal (shalih) maka mereka akan sibuk (dengan amal sholihnya), Jika mereka telah sibuk (dengan amal shalihnya) maka mereka akan menghilang (jarang terlihat oleh manusia). Jika mereka jarang terlihat oleh manusia, maka mereka akan dicari (oleh manusia), jika mereka (mengetahui diri mereka -pent) telah dicari maka mereka akan  menjauh (lari)." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 286)

Diantara tanda tanda dan ciri ciri keikhlasan  orang orang yang ikhlash adalah mereka sering mencurigai (mencela ) diri mereka sendiri akan kekurangan mereka dalam memenuhi hak Allah dan mencela  kurangnya adab mereka ketika beribadah menyembah Allah dan menganggap buruk jiwa mereka (dalam beribadah), mereka tidak pernah memandang diri mereka memiliki keutamaan sedikitpun. Allah berfirman, " Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,"(Al Mu'minuun : 60 ).

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 297)


" Inilah dia ash shiddiq , radhiyallahu 'anhu, beliau pernah memegang (menahan) lisannya, seraya berkata, 'inilah yang menyebabkan kehancuran mendatangiku'.  Umar bin khattab Radhiyallahu 'anhu pernah bertanya (dalam keadaan takut kepada hudzaifah-pent).  ' Wahai Hudzaifah apakah aku termasuk dari mereka ( yakni orang orang munafik)? Atau apakah namaku termasuk kedalam nama nama orang mmunafik yang disebut oleh Rasulullah ??

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 297 )

" Dahulu Rabi' bin Khutsaim pernah menangis sampai ( air matanya) membasahi jenggotnya, lalu beliau berkata, " Kami pernah mendapati suatu kaum yang mana  (kedudukan) kami di sisi (dibandingkan dengan) mereka, (kami ini ) ibarat  para pencuri."
(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 297)

Berkata Fudhail bin 'iyadh, " Siapa yang ingin melihat orang yang Riya', maka lihatlah saya." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 299)

Dahulu Hasan Al Bashriy، Rahimahullah Ta'aala sering mencela dan menegur dirinya sendiri, beliau pernah berkata, "  (wahai jiwaku) engkau berkata kata dengan perkataan orang orang shalih, orang orang bertakwa dan ahli ibadah namun engkau mengerjakan perbuatan orang orang fasik lagi riya'. Demi Allah, bukan seperti ini sifat sifat orang orang yang ikhlash ." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 302)

Dahulu Abu Abdirrahman Az Zaahid sering mencela dirinya, beliau pernah berkata dalam munajatnya, " (Ya Allah) siapakah orang yang paling buruk keadaannya daripada diriku ??? Aku bergaul dengan hambaMu secara Dzhohir dengan sifat amanah namun aku berkhianat kepadaMu ketika aku sendirian (ketika tidak ada manusia yang melihatku) ." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 567)

Berkata Al hasan Al Bashriy rahimahullah, " sesungguhnya seorang mukmin itu terkumpul padanya (menggabungkan) sifat ihsan dalam beribadah dan rasa takut (amalnya tidak diterima), sedangkan orang munafik itu terkumpul padanya (menggabungkan) sifat buruk (dalam beribadah) dan merasa aman ( tidak takut amalnya ditolak). Orang munafik itu buruk dalam beramal sholih dan ia merasa aman (tidak takut amalnya ditolak), adapun orang yang beriman adalah orang sangat baik (muhsin) dalam beramal sholih namun ia merasa takut amalanya ditolak dan tidak diterima oleh Allah. Intinya adalah seorang hamba wajib baginya untuk waspada terhadap hal hal yang bisa membatalkan amal sholihnya "

(Ta'liiqat 'ala risaalah, " wajibuna nahwa maa amaranallahu bih " halaman 46)

... Ketika orang  sholih melakukan amal sholih, maka ia takut amal sholihnya menjadi gugur (batal) dan tidak diterima oleh Allah, sebagaimana firman Allah, Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka ( Al Mukminun:60). Aisyah Radhiyallahu 'anhaa pernah bertanya (kepada Rasulullah tentang ayat diatas), " Apakah (yang dimaksud dengan orang yang takut ditolak amalnya adalah ) seseorang yang berzina, mencuri dan minum khamer,???? Rasulullah kemudian menjawab, ' tidak wahai anak perempuan ash shiddiq, namun yang dimaksud adalah orang yang berpuasa, bersedekah dan sholat namun mereka takut amalannya tidak diterima oleh Allah ..." 

(Ta'liqaat 'ala risaalah " waajibuna nahwa maa amaranallahu bih " halaman 45)

Berkata sufyan bin 'uyainah, " berkata salah seorang dari ulama, " ada dua (permasalah/penyakit) yang aku telah berusaha mengobatinya selama tiga puluh tahun, yakni, (1)meninggalkan(menghilangkan) sifat tamak terhadap apa yang ada antara diriku dan manusia,  dan (2) (sulitnya)mengikhlashkan amal sholih hanya untuk Allah 'azzaa wa jalla 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 19)

Berkata Abdullah bin mas'ud radhiyallaahu 'anhu, " suatu perkataan tidak akan bermanfaat kecuali dengan diamalkan,  perkataan dan amal sholih tidak akan bermafaat kecuali dengan niat ( yang ikhlash), perkataan, amal sholih dan niat (yang ikhlas) juga tidak akan bermanfaat kecuali semua itu harus sesuai dengan sunnah (sesuai dengan apa yang telah di ajarkan oleh Rasulullah) 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 41)

Berkata Abu Sulaiman Ad Daraniy, " melindungi (diri) dari (sesuatu yang merusak ) amal shalih lebih sulit daripada (hanya) melakukan amal shalih. Telah berlalu perkataan Sufyan At Tsauri, ( beliau pernah berkata), ' Aku senantiasa melakukan perbuatan Riya' namun aku tidak menyadarinya sampai aku bermajlis dengan Abu haasyim, maka akupun mengambil ( faedah) darinya (bagaiamana cara)  meninggalkan riya' 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlaash halaman 483)

Asy-Syaikh Abdul Aziz As-Salman rahimahullah mengisahkan,   " . . . Dahulu Ada seseorang yang mendatangi seorang tukang jahit untuk minta dibuatkan baju. Maka penjahit itupun bersungguh-sungguh agar hasil jahitannya itu bagus dan sempurna. 

Ketika pemesan itu datang, ia pun menyerahkan biaya pembuatan pakaian tersebut. Pakaian pun diserahkan lalu ia pergi. Besok harinya, si pemesan kembali datang pada tukang jahit lalu ia mengatakan, 

'Saya menemukan beberapa cacat pada hasil jahitan ini..'

Dan ia pun memperlihatkannya pada si tukang jahit.Tukang jahit lantas menangis. Lalu, si pemesan mengatakan, 

'Saya tidak bermaksud membuat Anda sedih. Saya sudah cukup puas dengan pakaian ini.'

Maka si penjahit mengatakan. Bukan hal ini yang membuatku menangis. Sebab saya sudah mengerjakan pakaian ini semaksimal yang aku mampu untukmu, tapi nyatanya masih ada cacat-cacat semacam ini.Yang aku tangisi ialah amal ketaatanku pada Allah, Aku telah bersungguh-sungguh dalam umurku untuk beribadah; namun entah berapa banyak aibnya . . ."

(lihat kitab Iyqaadzhu Ulil Himam halaman 110 )

Sufyan bin Dinar rahimahullah berkisah, 

"Aku bertanya kepada Abu Basyir , ' Ceritakan kepadaku seperti apakah amalan orang-orang sebelum kita?' Beliau pun menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang sedikit beramal akan tetapi banyak pahalanya. ' Aku bertanya,  'Mengapa bisa demikian?' Beliau menjawab,  'Hal tersebut dikarenakan selamatnya dada-dada mereka (dari berbagai penyakit hati)." 

(Az-Zuhd, Hannad As-Sarri 2/600 )

Berkata Ibnul Qayyim, rahimahullah, " siapa saja yang memperhatikan syariat (islam) pada asal dan pokok ajarannya, maka ia akan mengetahui hubungan yang erat antara amaln hati dan anggota badan . Bahwasanya amalan anggota badan tidak bermanfaat jika tidak disertai amalan hati. Amalan amalan hati itu lebih wajib bagi seorang hamba daripada amalan amalan badan. Tidak ada yang membedakan antara orang mukmin dengan orang munafik kecuali pada hati masing masing orang yang dengan hati tersebut akan terberbedakan antara keduanya ( mukmin dan munafik). Ibadah hati lebih agung daripada ibadah anggota badan. Ibadah hati merupakan ibadah yang paling banyak dan paling sering (terus menerus ) dilakukan. Maka ibadah hati tersebut wajib dilakukan setiap waktu." 

Al imam ibnul qayyim rahimahullah juga berkata, " Amalan amalan hati merupakan asal (pokok), sedangkan amalan badan hanya mengikuti saja dan sebagai penyempurna. (Oleh karnanya) niat (dalam hati) kedudukannya seperti ruh sedangkan amalan badan kedudukannya seperti jasad bagi anggota tubuh yang mana jika ruh tersebut telah terpisah dari jasad seseorang, maka jasad tersebut akan mati. Maka mengilmui tentang hukum hukum yang berkaitan dengan hati lebih penting daripada sekedar mengetahui hukum hukum yang berhubungan dengan anggota badan." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 14-15)

Berkata Fudhail bin 'iyadh, " seorang mukmin itu, sedikit berbicara,  amalnya banyak, sedangkan orang munafik itu,  banyak berbicara namun amalnya sedikit. Perkataan seorang mukmin itu mengandung hikmah, diamnya adalah tafakkur,  pandangannya mengandung ibrah, ilmunya adalah kebaikan. Apabila engkau dalam keadaan demikian, maka berarti engkau senantiasa dalam ibadah." 

(Ta'thiirul anfaas min hadiitsil ikhlash halaman 534 -535)

Abu Khadijah

    Lihat : Kumpulan Artikel

    Next Post Previous Post
    No Comment
    Add Comment
    comment url